Bogor, Depok, dan Tangerang Selatan tengah mencuri perhatian konsumen kelas menengah atas. Bukan sekadar karena harga yang kompetitif atau lahan yang lebih luas, melainkan karena pengembang kini menghadirkan konsep hunian mewah yang mengusung tema ramah lingkungan. Konsep seperti green living, eco sustainable home, hingga smart home menjadi daya tarik baru yang menjawab kebutuhan gaya hidup urban yang lebih sehat dan berkelanjutan.
CEO dan Founder Pinhome, Dayu Dara, menyebut bahwa permintaan akan rumah dengan lahan luas di atas 200 meter persegi mengalami kenaikan cukup signifikan di Kota dan Kabupaten Bogor. “Banyak orang Jakarta, Jabodetabek yang mendambakan luasan rumah yang lebih besar, ini menjadi alternatif yang sangat menarik. Apalagi dengan berkembangnya transportasi (di Bogor),” ujarnya dalam Media Talk Show bertema ‘Tren dan Strategi Properti Kelas Menengah Atas: Relevansi di Masa Ketidakpastian’ yang digelar di Jakarta, seperti dilansir dari detikProperti.
Baca juga: Rp10 Juta Cukup untuk Renovasi Rumah? Ini Skema Swadaya dalam Program Bedah Rumah Banyuwangi
Hunian-hunian mewah tersebut kini tak hanya menonjolkan kemewahan arsitektur, tapi juga mulai memperhatikan aspek lingkungan. Pengembang menghadirkan fitur seperti solar panel, sistem sirkulasi udara sehat, hingga sistem otomasi rumah pintar. Tema seperti clean air, farm-to-table community, hingga penggunaan material bangunan yang ramah lingkungan menjadi bagian dari paket hunian mewah masa kini.
“Rumah segmen menengah atas sudah pasti mereka mencari smart home system, kemudian, solar panel, terus clean air. Itu sudah pasti,” ujar Melia Silmina, Head of Business Development APEX Real Estate. Menurutnya, konsumen kalangan mapan sudah mulai selektif dan mempertimbangkan aspek keberlanjutan sebagai bagian dari gaya hidup.
Tren ini juga didukung oleh kemudahan mobilitas dari dan menuju Jakarta. Dengan adanya LRT, KRL, dan pengembangan infrastruktur jalan tol yang lebih merata, kawasan pinggiran tidak lagi dipandang sebagai lokasi yang jauh. Justru kini, kawasan tersebut menjadi tempat ideal bagi mereka yang mendambakan ketenangan, kualitas udara lebih baik, dan hunian dengan fitur masa depan.
“Pengembang saat ini mendengarkan aspirasi dari konsumen, terutama konsumen yang mapan, affluent. Karena mereka mungkin agak lelah dengan kehidupan Jakarta dengan kemacetannya, kemudian dengan polusi udaranya, kemudian kadang ada isu banjir,” tambah Dayu Dara.
Fenomena ini menunjukkan bahwa investasi properti tidak lagi semata soal nilai jual-beli, melainkan juga nilai keberlanjutan dan kenyamanan jangka panjang. Hunian eco-friendly bukan lagi sekadar tren, tapi mulai jadi kebutuhan baru kelas menengah atas di Indonesia.