Rp10 Juta Cukup untuk Renovasi Rumah? Ini Skema Swadaya dalam Program Bedah Rumah Banyuwangi

BANYUWANGI – Program bedah rumah yang digelar Pemerintah Kabupaten Banyuwangi bersama Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) kembali menarik perhatian. Bukan hanya karena jumlah penerimanya yang mencapai ratusan keluarga, tetapi juga karena efektivitas penggunaan anggaran yang disebut hanya sebesar Rp10 juta per rumah. Pertanyaannya, apakah jumlah tersebut cukup untuk merenovasi hunian tidak layak huni?

Kepala Bidang Distribusi Baznas Banyuwangi, Herman Suyitno, menjelaskan bahwa angka Rp10 juta bukan satu-satunya dana yang digunakan dalam proses bedah rumah. Menurutnya, program ini didukung penuh oleh swadaya masyarakat sekitar dan kolaborasi dengan lembaga lain.

“Bantuan sebesar Rp10 juta itu kami berikan untuk masing-masing rumah. Tapi pembangunannya tidak berdiri sendiri. Masyarakat sekitar ikut gotong royong, baik dalam bentuk tenaga maupun material tambahan yang bisa mereka bantu,” jelas Herman seperti dikutip dari TribunJatimTimur.com.

Skema ini terbukti efektif. Dalam kasus rumah Hawiyah (53), warga Desa Bedaweng, Kecamatan Songgon, rumah yang sebelumnya berdinding triplek dan beratap genting rusak berhasil disulap menjadi bangunan permanen berukuran 6×8 meter. Kini rumah tersebut berdiri dengan dinding bata, atap fiber semen, dan dilengkapi kamar tidur serta kamar mandi permanen.

“Kemarin bocor semua. Rumahnya sudah hampir hancur. Sekarang sudah bagus. Alhamdulillah,” ujar Hawiyah sambil menahan haru.

Keterlibatan warga dalam proses pembangunan tidak hanya memangkas biaya, tetapi juga membangun rasa kepemilikan dan solidaritas antarwarga. Hal inilah yang menjadi kunci keberhasilan program bedah rumah di Banyuwangi. Tidak hanya rumah-rumah diperbaiki, tapi juga semangat gotong royong masyarakat semakin diperkuat.

Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, dalam kunjungannya ke rumah-rumah penerima bantuan menegaskan bahwa program ini akan terus diperluas. “Kami ingin program bedah rumah bisa terus berlanjut sehingga menjangkau lebih banyak rumah-rumah tidak layak huni milik warga prasejahtera,” ucapnya.

Sepanjang 2025, sebanyak 125 rumah telah dibedah melalui kolaborasi ini. Baznas sendiri menargetkan total 250 rumah akan selesai direnovasi hingga akhir tahun. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun lalu yang hanya menyentuh 200 rumah.

Model pendanaan gotong royong seperti ini bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain yang menghadapi tantangan serupa. Dengan kolaborasi lintas pihak dan semangat kebersamaan, Rp10 juta bukan hanya cukup, tapi bisa menjadi awal dari kehidupan yang lebih layak.

Baca juga: Tantangan Mendesain Hunian 18 m²: Arsitek Diminta Berpikir Ulang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *