5 Rumah Adat Sulawesi Selatan, Wujud Nyata Kekayaan Budaya Indonesia

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam. Bukan sekedar dari hasil bumi yang melimpah atau keindahan alam saja, negara kita juga memiliki ragam budaya yang juga bisa menjadi kekayaan tersendiri.

Ya, ada ratusan kelompok etnik dengan 1.340 kelompok suku bangsa yang memiliki keunikannya masing-masing. Di antara kekayaan budaya tersebut, rumah adat Sulawesi Selatan menjadi salah satunya.

Rumah Adat Sebagai Salah satu Wujud Kekayaan Budaya Indonesia

Rumah Adat Sulawesi
Rumah Adat Sulawesi

Ya, rumah adat Sulawesi Selatan bisa dikatakan menjadi salah satu wujud kekayaan budaya Nusantara yang paling ikonik. Selain halnya bangunan khas dari tanah Daeng tersebut, masih banyak lagi bangunan rumah adat dari daerah lainnya dari Sabang sampai Merauke yang semakin memperkaya kebudayaan Indonesia. Dan bukan sekedar bangunan, rumah adat juga menyimpan nilai filosofis dan cerita tersendiri.

Rumah adat di masing-masing daerah bisa menjadi suatu cerminan dari budaya yang terbentuk melalui tradisi yang dianut dalam masyarakat. Tradisi ini bisa berupa bagaimana cara adaptasi maupun cara hidup, ekonomi hingga religi yang berlaku di suatu tatanan masyarakat. Indonesia yang kaya akan keragaman, pun memiliki rumah tradisional yang tak kalah beragam sesuai daerah dan suku yang menghuninya.

Cara membangun rumah adat dari berbagai daerah sendiri tak jarang diikuti oleh tata cara tertentu sesuai budaya. Inilah yang kemudian juga membuat wujud dari bangunan tersebut sangat jarang atau sedikit saja mengalami penyesuaian. Tradisi ini terus dipertahankan dari generasi ke generasi demi menjaga kekayaan budaya, meskipun tak sedikit pula rumah adat yang juga ditinggali dan tak sekedar digunakan untuk upacara adat saja.

Lebih Jauh Mengenal Rumah Adat yang Ada di Sulawesi Selatan

Rumah Adat Sulawesi
Rumah Adat Sulawesi

Jika Anda bertanya apa nama rumah adat Sulawesi Selatan, mungkin jawaban yang langsung terbersit adalah rumah adat Tongkonan dengan bentuknya yang ikonik. Namun yang perlu Anda ketahui bahwa rumah adat di Sulawesi Selatan, bukan hanya nama itu saja. Ya, masih ada rumah adat lain yang juga perlu Anda ketahui. Masing-masing erat kaitannya dengan suku bangsa yang menggunakannya sebagai tempat tinggal maupun untuk keperluan lainnya.  

Untuk rumah adat Sulawesi Selatan sendiri, memang rumah adat Tongkonan yang paling terkenal. Namun masih ada sejumlah rumah adat lainnya yang juga tak kalah menarik untuk dikenal lebih jauh. Rumah adat dari daerah Sulawesi Selatan memiliki bentuk khas berupa rumah panggung dan dibangun di atas ketinggian hingga 3 meter.

Meskipun pada umumnya gaya arsitektur yang digunakan pada rumah adat dari daerah Sulawesi Selatan adalah gaya ketimuran, aliran gaya arsitekstur ini memiliki nilai estetis tinggi. Tak mengherankan jika masing-masing rumah adat memuat nilai filosofi yang dijunjung tinggi dari waktu ke waktu. Bangunan yang terkadang juga digunakan sebagai hunian tersebut, oleh masyarakat juga ada yang dianggap sebagai tempat yang sakral.

Saat ini, Sulawesi Selatan memang tak hanya dihuni oleh suku asli saja dan banyak suku pendatang yang berbagi tempat dengan rukun dan damai. Namun demikian, rumah Sulawesi Selatan yang dikatakan sebagai rumah adat, memiliki ciri khas yang kemudian membedakannya dari bangunan yang lain. Ini karena setiap suku asli di provinsi ini memiliki bangunan rumah adatnya sendiri.  

Inilah 5 Rumah Adat di dari Daerah Sulawesi Selatan

Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa rumah adat dari daerah Sulawesi Selatan bukan sekedar Tongkonan saja. Maskipun rumah adat ini juga akan dibahas dalam tulisan kali ini, kita juga akan membahas 4 rumah adat lainnya dari daerah ini. Berikut ini 5 rumah adat asal daerah Sulawesi Selatan berdasar keragaman suku yang membangunnya. 

Rumah Adat Tongkonan

Rumah Adat Sulawesi Tongkonan
Rumah Adat Sulawesi Tongkonan

Bangunan yang paling terkenal dari daerah Sulawesi Selatan ini merupakan rumah adat dari suku Toraja. Suku dari daerah Makassar ini menetap di daerah pegunungan bagian utara dengan jumlah anggota sekitar 1 juta jiwa dimana setengahnya tinggal di Kabupaten Tana Toraja. Suku Toraja juga menjadi salah satu suku bangsa yang cukuup banyak dikenal karena budaya yang terbilang kaya.

Rumah adat Tongkonan sendiri menjadi bagian penting bagi masyarakat suku Toraja. Bangunan ini tak hanya digunakan sebagai tenpat tinggal saja, tetapi juga sebagai tempat untuk melaksanakan upacara adat. Tak mengherankan jika kemudian rumah adat ini menjadi aset yang terjaga dari generasi ke generasi dan selalu menjadi objek wisata yang menarik untuk disaksikan.

Karakteristik Rumah Adat Tongkonan

Rumah adat ini biasanya dibuat menggunakan kayu Uru sebagai bahan konstruksi utamanya, tanpa menggunakan bahan logam. Bagian atap dari rumah yang berbentuk menyerupai perahu telungkup atau tanduk kerbau menjadikannya unik. Rumah yang didominasi oleh warna merah, hitam dan kuning ini juga memiliki ornamen ukiran khas yang membuatnya semakin unik dan bernilai tinggi. Sementara bagian bawah dari rumah panggung ini biasanya digunakan sebagai kandang.

Nilai Filosofis Rumah Adat Tongkonan

Dari segi nilai filosofinya, nama Tongkonan sendiri datang dari kata “Tongkon” yang artinya tempat duduk yang mengacu pada tempat berkumpulnya para bangsawan Toraja untuk membahas berbagai hal. Sementara dari wujud khasnya, ada motif ayam jantan (pa’manuk londong) dan sinar matahari (pa’barre allo) yang berpasangan di bagian depan rumah. Motif ini memiliki makna tentang kebenaran dan keadilan serta kekuatan untuk mendirikan keadilan.

Macam-Macam Rumah Adat Tongkonan

Sebagai bangunan adat, Tongkonan memiliki jenis yang dibedakan dari fungsinya antara lain:  

  • Tongkonan Pa’rapuan, rumah keluarga yang dipimpin oleh sosok yang dituakan dalam masyarakat.
  • Tongkonan Kaparengngesan, bangunan yang igunakan oleh pimpinan adat dan aluk.
  • Tongkonan Pesiok Aluk, bangunan adat yang digunakan untuk memelihara, membina dan menyebarkan sukaran aluk (aturan agama).
  • Tongkonan Layuk atau Tongkonan Kabarasan, bangunan yang menjadi pemimpin dan didampingi oleh Tongkonan Pekamberan atau Pekaindoran.
  • Tongkonan Pekamberan atau Pekaindoran, bangunan untuk penyelenggara pemerintahan adat misalnya untuk pertahanan, pertanian, peternakan, logistik, perbintangan, keagamaan, undang-undang, peradilan adat maupun mahkamah adat.

Rumah Adat Balla

Rumah Adat Sulawesi Balla Lampoa
Rumah Adat Sulawesi Balla Lampoa (Image credit : Wikipedia)

Bisa dikatakan bahwa Balla merupakan rumah adat Makassar karena merupakan bangunan khas bagi suku Makassar yang tinggal di daerah pesisir barat daya Sulawesi. Bangunan adat ini dibangun pertama kali oleh raja Gowa pada 1942 yang kemudian identik sebagai tempat tinggal kaum bangsawan. Secara fisik, rumah adat ini terkesan mirip dengan rumah adat milik suku Bugis.

Karakteristik Rumah Adat Balla

Mirip dengan bentuk rumah adat asal Sulawesi Selatan lainnya, rumah adat Balla menggunakan bangunan model panggung dengan pilar penyangga yang memiliki ketinggian 3 meter di atas tanah. Bangunan ini terbagi ke dalam 3 bagian, yaitu atap, inti rumah dan kolong. Secara ukuran, rumah adat ini tergolong besar dan cukup tinggi dengan beberapa ruangan besar di dalamnya.

Pada umumnya, bagian atap dari rumah ini dibuat menggunakan bahan ijuk ataupun jerami, sementara pada bagian lain, dibuat menggunakan beragam jenis kayu. Seiring dengan kebutuhan dan perkembangan zaman, rumah adat ini mulai mengadopsi bahan semen dan genteng sebagai bahan dasar pembuatannya.

Secara layout, rumah ini terdiri atas ruang teras (dego-dego) serta ruang tamu (paddaserang dallekang) yang posisinya setelah pintu masuk utama. Pada bagian ruang tengah, biasanya digunakan untuk ruang keluarga. Lalu ada pula kamar khusus untuk perempuan yang posisinya ada di ruang belakang.

Makna Filosofis Rumah Adat Balla

Arsitektur dari rumah adat ini mengandung makna filosofis seperti halnya rumah adat lain. Anda bisa melihat pada bagian puncak atap yang memiliki segitiga (timbaksela) sebagai penanda kebangsawanan bagi orang yang tinggal dalam rumah. Susunan tiga atau lebih dari timbaksela menunjukkan bahwa irang yang tinggal dalam rumah tersebut adalah bangsawan, sementara timbaksela yang tidak punya susunan berarti penghuni rumah tersebut adalah masyarakat biasa.

Macam-Macam Rumah Adat Balla

Dari jenis bahan dan jumlah anak tangga yang digunakan, nama rumah adat Makassar ini kemudian terdiri atas 2 macam, yaitu Sapana dan Tukak.

  • Sapana, rumah untuk masyarakat biasa dan memiliki 3 (atau lebih) anyaman anak tangga yang dibuat menggunakan bahan bambu
  • Tukak, rumah bagi bangsawan dan dibuat memiliki anak tangga yang dibuat menggunakan bahan kayu.

Rumah Panggung Kayu

Rumah Adat Sulawesi
Rumah Adat Sulawesi

Selanjutnya adalah rumah adat suku Bugis yang bisa dikatakan identik dengan rumah adat suku Makassar. Ya, suku Bugis dan suku Makassar dikenal memiliki cukup banyak kesamaan budaya. Tak hanya identik dalam hal berbagai prosesi dan ritualnya, kesamaan ini juga bisa dilihat dari bangunan rumah adat. Nama rumah adat Bugis sendiri banyak dikenal sebagai rumah Panggung Kayu, sesuai dengan penampilannya.

Karakteristik Rumah Adat Panggung Kayu 

Ciri khas yang kemudian menjadi karakteristik dari rumah adat ini adalah memiliki bentuk panggung dengan bagian atap berbentuk menyerupai pelana lengkap dengan timpalaja yang mewakili status sosial penghuninya. Elemen timpalaja sendiri merupakan bidang segitiga yang berada di antara dinding dengan pertemuan atap. Rumah panggung ini biasanya memiliki banyak kamar yang mewakili fungsi yang beragam.

Soal bentuk dan gaya arsitekstur, rumah adat ini sedikit banyak telah bercampur dengan gaya Islam karena suku bugis sendiri merupakan suku yang mayoritas menganut agama islam. Apabila diperhatikan, maka kebanyakan rumah adat tersebut dibuat dengan menghadap ke arah kiblat atau arah Kabah.

Makna Filosofis Rumah Adat Panggung Kayu 

Seperti halnya rumah adat lainnya, rumah adat suku Bugis ini juga dihiasi oleh makna filosofis tersendiri yang tercermin dalam 3 bagian rumah, yaitu

Bonting langiq: bagian atap rumah yang memiliki rongga dan menjadi lambang perkawinan di atas langit, oleh We Tenriabeng, saudari kembar Sawerigading, permaisuri Remmang ri Langi atau Hutontalangi (Raja pertama Gorontalo).

  • Ale Kawaq: bagian tengah yang menjadi tempat tinggal dan menggambarkan keadaan bumi pertiwi.
  • Buri Liu: bagian bawah (kolong) rumah yang mewakili dunia bawah tanah dan laut dimana dahulunya bagian kolong ini dipakai untuk memelihara.

Macam-Macam Rumah Adat Panggung Kayu

Macam-macam nama rumah adat suku Bugis bagi menjadi 2 berdasar pada status sosial penghuninya. Keduanya bisa dijelaska sebagai berikut:

  • Rumah Saoraja (Sallasa): rumah yang menjadi tempat tinggal bagi para keturunan raja maupun kaum bangsawan, dimana rumah ini memiliki ukuran yang besar.
  • Rumah Bola: rumah yang dihuni oleh masyarakat biasa dengan ukuran yang lebih kecil dibanding Saoraja.

Rumah Adat Luwuk

Rumah Adat Sulawesi Luwu

Satu lagi rumah adat asal daerah Sulawesi Selatan yang tak kalah eksotis dibanding lainnya, yaitu rumah adat Luwuk. Luwuk sendiri merupakan sebuah kota yang dihuni oleh suku Saluan, suku Balantak dan suku Banggai sebagai suku-suku asli. Ketiga suku bangsa ini berdiam di lokasi yang berbeda namun masih dalam 1 wilayah, kota Luwuk. Tak mengherankan jika adat, ritual hingga bentuk rumah adat di kota Luwuk pun terbilang sama.

Rumah adat Luwuk sendiri pertama kalinya dibangun oleh raja Luwuk sekitar tahun 1930-an. Secara garis besar, rumah adat ini memang memiiki bentuk fisik yang identik dengan rumah adat lainnya dari daerah Sulawesi Selatan, yaitu berbentuk rumah panggung. Namun ada beberapa hal lain yang membuat rumah ini tak kalah menarik dibanding rumah adat lainnya.

Karakteristik Rumah Luwuk

Rumah adat ini berbentuk persegi atau persegi panjang dan memiliki ukuran pintu yang sama. Meskipun memiliki desain yang kuno, rumah ini ternyata dahulunya digunakan sebagai istana dan hanya ditinggali oleh raja Luwuk. Tak mengherankan jika rumah ini dihiasi oleh begitu banyak ornamen seperti ukiran, patung hingga lukisan yang ada pada bagian dinding rumah.

Makna Filosofis Rumah Adat Luwuk

Perlu diketahui bahwa ornamen yang ada di rumah adat ini bukan sekedar menjadi hiasan belaka. Ornamen yang juga disebut sebagai bunga prengreng tersebut menjadi lambang akan filosofi hidup menjalar sulur dimana dimaknai sebagai hidup tidak terputus-putus. Rumah ini juga dibuat menggunakan 88 tiang penyangga berbahan kayu.

Seperti halnya rumah adat lainnya, ternyata rumah adat Luwuk tetap mencitrakan sosok penghuninya. Rumah ini memiliki penanda yang mewakili kasta sosial dalam masyarakat yang tercermin dari tinggi bubungan yang digunakan pada rumah adat tersebut.

Macam-Macam Rumah Adat Luwuk

Rumah adat ini memang terbagi ke dalam beberapa beberapa kasta yang bisa dilihat dari bagian atas rumah. Bagian bubungan pada rumah adat ini dapat dilihat memiliki susunan dari tiga sampai lima puncak. Tiap yang disebut sebagai bubungan ini yang menjadi pembeda sekaligus penanda sosok yang memiliki rumah tersebut sekaligus menunjukkan kasta atau status sosial sang pemilik rumah.

Rumah Adat Boyang

Rumah Adat Sulawesi boyang

Selain keempat umah adat yang sudah disebutkan di atas, nama rumah adat Sulawesi Selatan adalah rumah adat Boyang yang merupakan bangunan khas dari suku Mandar Sulawesi Selatan. Suku Mandar sendiri terbagi menjadi 2 yaitu suku mandar Sulawesi Selatan dan suku mandar Sulawesi Utara, namun kedua suku ini masih memiliki kemiripan satu sama lain. Rumah adat Boyang sendiri tak hanya digunakan sebagai tempat bermukim, tetapi juga dimanfaatkan untuk keperluan lain seperti acara pertemuan maupun upacara adat.

Karakteristik Rumah Adat Boyang

Meskipun masih sama-sama menggunakan konsep rumah panggung, rumah adat yang satu ini memiliki hal unik yang membedakannya dari rumah adat lainya. Rumah adat ini menggunakan banyak penyangga, dimana tiang-tiang tersebut tidak ditancapkan masuk ke dalam tanah. Ya, tiang penyangga tersebut hanya diletakkan di atas tanah.

Rumah yang dibuat menggunakan bahan dasar kayu hutan ini tidak menggunakan elemen logam dalam pembuatannya. Sementara untuk bagian atapnya, menggunakan genteng berbahan tanah liat yang dibakar. Rumah ini memiliki jalur keluar masuk di depan dan belakang yang juga dilengkapi dengan tangga. Tangga ini pun tidak sembarangan karena dibuat spesifik memiliki anak tangga berjumlah ganjil menyesuaikan ketinggian rumah.

Makna Filosofis Rumah Adat Boyang

Rumah adat Boyang yang dihuni oleh bangsawan, akan memiliki ornamen unik yang sekaligus menjadi lambang dari kasta sosial sang pemilik rumah. Tak hanya itu, rumah adat Sulawesi Selatan ini juga memiliki jumlah susunan penutup bubungan yang berbeda dimana semakin banyak susunan, maka semakin tinggi pula status bangsawan pemilik rumah tersebut.

Macam-Macam Rumah Adat Boyang

Seperti yang disebutkan di atas, tampilan rumah ini mencerminkan status sosial penghuninya. Maka dari itu, rumah adat ini pun terbagi ke dalam 2 macam pula. Keduanya isa dijelaskan sebagai berikut:

  • Rumah Adat Boyang Adaq: rumah adat yang dihuni oleh bangsawan.
  • Rumah Adat Boyang Beasa: rumah adat yang ditinggali oleh masyarakat biasa.

Akhir Kata

Itulah tadi 5 rumah adat Sulawesi Selatan beserta sekilas penjelasan yang mungkin bisa menambah wawasan Anda tentang kekayaan ragam budaya Indonesia, utamanya di Pulau Sulawesi.

Kekayaan budaya ini sudah seharusnya dikenal dan dilestarikan sebagai warisan dari nenek moyang. Bukan sekedar bangunan rumah dengan hiasan, rumah adat memiliki nilai-nilai mulia yang juga menjadi pribadi luhur dari bangsa Indonesia.

Selain itu, dari rumah adat tersebut Sobat juga bisa mendapatkan ide unik untuk membuat desain rumah minimalis dengan campuran dari adat budaya Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *