Rumah Betawi merupakan salah satu ciri yang merepresentasikan identitas dan kebudayaan dari suku Betawi. Suku asli dari Jakarta ini dikenal sebagai salah satu entitas yang memiliki kekayaan budaya yang luar biasa karena proses akulturasi dari beragam budaya, mulai dari budaya lokal Jawa dan Sunda, hingga budaya luar asal Cina, Arab dan Eropa. Inilah yang menjadikan suku Betawi beserta kekayaan budayanya patut untuk dilestarikan.
Sekilas Tentang Rumah Betawi sebagai Arsitektur Etnis
Daftar Isi
Membahas tentang rumah adat suku Betawi, akan sangat erat kaitannya dengan budaya yang mempengaruhinya. Sebagian besar budaya khas suku ini dipengaruhi oleh akulturasi dari berbagai budaya seperti yang sudah disebutkan di atas. Menariknya, hasil proses perpaduan budaya tersebut tidak serta-merta membuat bangunan rumahnya tidak layak disebut sebagai arsitektur etnis.
Arsitektur rumah tradisional Betawi nyatanya terus dipertahankan lintas generasi oleh masyarakat Betawi. Bisa dilihat dari struktur, konstruksi, pengaturan layout ruang, ragam hias hingga tata cara pembuatan bangunan yang masih menerapkan nilai-nilai budaya di dalamnya. Sayangnya, rumah adat suku setempat ini semakin jarang ditemui di Jakarta di era modern ini seiring makin banyak orang yang beralih ke unsur modern bagi huniannya.
Karakteristik Rumah Khas Betawi
Ada beberapa karakteristik yang dapat diketahui dari rumah tradisional khas dari suku Betawi ini. Mulai dari beberapa unsur filosofi, ornamen, arsitektur meliputi struktur dan bentuk hingga bagian khas lainnya, ada berbagai hal yang kemudian menjadi pembeda rumah Betawi ini dari rumah-rumah modern di sekelilingnya atau dari rumah adat suku lainnya.
Nilai Filosofi dalam Rumah Adat Suku Betawi
Nilai filosofis yang langsung bisa dilihat pada rumah adat ini adalah dari ornamen yang melengkapinya. Ornamen ini sendiri pada umumnya bisa berupa ukiran, antara lain
- Ukiran bunga matahari; motif ini dimaknai sebagai penerang hati dan pikiran dan biasanya ditempatkan di atas pintu ruang tamu yang menjadi perlambang bahwa kehidupan sang pemilik rumah seharusnya selalu menjadi inspirasi bagi orang lain
- Ukiran motif bunga melati; biasanya ditempatkan di tiang rumah dan dimaknai untuk mengingatkan agar pemilik rumah yang harus senantiasa menjaga hati dan perasaan yang harum atau ramah kepada siapapun
- Ukiran motif bunga tapak dara; motif yang dimaknai akan pengharapan dan doa agar penghuni rumah senantiasa dalam keadaan sehat
- Ukiran motif tumpal atau gunungan; melambangkan hidup yang senantiasa menghargai kekuatan alam, baik itu makrokosmos (semesta), mikrokosmos (manusia) dan metakosmos (ghaib)
- Ukiran motif bunga mawar; dimaknai sebagai kesetiaan
- Ukiran motif bunga cempaka; dimaknai sebagai keanggunan
- Ukiran motif bunga Kim Hong; bermakna keteguhan hati
- Ukiran motif burung merak; bermakna kemegahan
- Ukiran motif binatang rusa; bermakna tanggap dan lincah
Nilai filosifis lainnya juga tercermin dari adanya kecenderungan, pantangan dan aturan dalam rumah Betawi. Hal ini bisa dilihat antara lain dari:
- Pengunaan bahan kayu Cempaka untuk membuat kusen pintu atas, selain sebagai pengharum ruangan alami juga dipercaya membuat penghuni rumah senantiasa dalam keadaan baik dan disenangi orang. Tidak menggunakan kayu nangka untuk bagian bawah kusen pintu karena dipercaya membuat orang yang melangkahinya bisa terkena penyakit kuning. Pantang menggunakan kayu asem (meskipun tersedia) karena dipercaya dapat menjatuhkan wibawa pemilik rumah dan dijauhi tetangga.
- Pembuatan atap rumah juga tidak menggunakan material dari bahan dengan unsur tanah karena tanah dianggap seharusnya ada di bawah. Menggunakan tanah sebagai atap, diartikan seolah mengubur penghuni rumah (berharap pemilik rumahnya cepat mati).
- Posisi atau lokasi rumah sebaiknya juga tidak berada di tanah keramat, tidak di sisi kiri dari rumah orang tua atau rumah mertua. Hal ini karena dipercaya bahwa posisi dan lokasi terlarang ini bisa membuat penghuni rumah jadi sakit-sakitan atau susah rezeki
- Ada pula ritual meletakkan 5 garam bata di keempat sudut tanah dan 1 di tengah pada saat tanah sudah diratakan dan rumah siap dibangun. Hal ini dipercaya dapat mencegah gangguan roh jahat terhadap pelilik rumah.
Balaksuji (Tangga di Depan Rumah betawi) hingga Sumur dan Kamar Mandi di Luar Rumah
Ciri khas yang meningkatkan keunikan atau karakteristik rumah adat Betawi adalah bagian yang bernama Balaksuji. Tangga di depan rumah ini bisa menjadi pembeda rumah suku Betawi dengan rumah etnik lainnya di Indonesia. Bagi masyarakat Betawi, bagian ini tak sekedar menjadi alat untuk masuk atau naik ke rumah saja, melainkan ada nilai kepercayaan lain di dalamnya.
Balaksuji dipercaya sebagai sarana menolak musibah (bala) sekaligus menjadi sarana penyucian diri sesaat sebelum masuk rumah. Sebelum mulai menginjakkan kaki ke anak tangga balaksuji, seseorang harus membasuh kakinya sehingga ia dalam kondisi bersih (suci) saat nanti berada di dalam rumah. Tak salah jika di depan rumah betawi, biasanya terdapat sumur untuk mencuci kaki dan tangan sebelum masuk rumah. Ini pulalah alasannya mengapa sumur, kamar mandi dan jamban berada di luar rumah.
Struktur dan Bentuk Rumah Suku Betawi
Karakteristik juga bisa dilihat dari struktur dan bentuk rumah, dimana pada umumnya struktur dan bentuk rumah adat suku Betawi terbagi ke dalam beberapa macam. Secara bentuk, rumah adat terbagi ke dalam 2 macam, yaitu rumah darat dan rumah panggung. Rumah darat, atau juga disebut sebagai rumah Depok, menggunakan lantai yang menempel langsung ke darat (tanah) dengan dilapisi semen atau lantai tegel. Sementara rumah panggung, menggunakan lantai yang disangga oleh tiang dengan ketinggian tertentu.
Sementara dari segi struktur, rumah biasanya dibuat menggunakan rangka kayu ataupun bambu. Bahan material kayu yang digunakan bukanlah kayu asal kayu. Material kayu yang digunakan merupakan kayu dari jenis tertentu dengan usia yang sudah mencapai puluhan tahun. Kayu juga tidak langsung dirakit melainkan dikeringkan dengan cara dianginkan terlebih dahulu. Tak heran jika waktu dan biaya yang dibutuhkan bisa cukup besar.
Arsitektur pada Rumah Betawi
Soal arsitektur, desain rumah sudah dijelaskan terbagi ke dalam 2 jenis, yaitu rumah panggung dan rumah darat. Bagian atap, terdapat variasi konsep seperti joglo, bapang dan lainnya. Gaya arsitektur Belanda banyak mempengaruhi arsitektur dari rumah darat Betawi, terlihat dari bagian tembok dengan susunan batu bata, lantai yang menggunakan ubin (tegel) dan semen. Bagian rumah terbagi ke dalam 3 yaitu langkan untuk bersantai dan menerima tamu, paseban sebagai ruang inti untuk ruang makan dan kamar tidur, belandongan yang menjadi dapur atau ruang belakang. Selain memiliki halaman yang luas di sekeliling rumah, rumah juga memiliki pagar pendek sebagai pembatas.
Rumah biasanya juga dibuat dengan 3 warna utama, seperti hijau, kuning dan cokelat. Ornamen atau hiasan biasanya jarang ditemukan pada rumah-rumah Betawi di daerah pinggiran karena pengaruh budaya Melayu. Rumah-rumah tradisional tersebut biasanya cenderung menggunakan lebih banyak paduan warna untuk memberikan kesan tertentu, yaitu memadukan warna seperti hijau dan kuning.
Sementara untuk rumah tradisional Betawi di kampung kota (Betawi tengah) banyak menggunakan ornamen atau ragam hias untuk memberikan kesan. Mulai dari bahan kayu utuh untuk bagian kolom rumah, railing, pintu dan jendela membuat rumah khas suku Betawi terlihat lebih mewah. Bahan kayu tersebut kemudian dipadukan dengan warna cokelat yang sekaligus menandakan status ekonomi sang pemilik rumah.
Ragam Hias yang Ada di Rumah Betawi
Ornamen atau ragam hias menjadi salah satu elemen yang juga membentuk karakteristik dari rumah-rumah Betawi. Umumnya, ornamen yang pada rumah tradisional ini menggunakan bentuk yang sederhana mengandalkan motif geometris seperti titik, segi empat, belah ketupat, segi tiga, lengkung, setengah bulatan maupun bulatan.
Penggunaan ornamen pada rumah pada umumnya ditempatkan di lubang angin (ventilasi), kusen, daun pintu dan jendela. Selain itu, ragam hias juga diberikan pada tiang-tiang yang tak tertutup dinding, misalnya di tiang langkan, dinding ruang depan, garde (batas ruang tengah dan ruang depan), tangan-tangan dan teras yang dibatasi langkan.
Bagian unik lainnya yang ada pada rumah adat betawi disebut jaro. Pagar yang dibuat menggunakan bahan bambu atau kayu ini bisa dikatakan sebagai salah satu unsur arsitektur penting di rumah khas masyarakat Betawi. Selain itu, ada pula ornamen gigi balang yang memiliki makna sebagai lambang gagah, kokoh dan berwibawa. Ornamen ini biasanya ada di di lisplang dan memiliki berbagai variasi seperti tumpal wajik, wajik susun dua, potongan waru dan kuntum melati.
Ornamen juga ditemukan di unsur dan penghubung struktur maupun konstruksi, mulai dari sekor, tiang hingga penghubung tiang ke batu kosta. Elemen dekoratif juga bisa dirasakan dari konstruksi Tou-Kung yang merupakan hasil adaptasi arsitektur Tiongkok. Ornamen ini biasa diaplikasikan pada siku penanggap. Selain itu, sudut tiang bangunan juga ditambah detail di ujung bawahnya.
Jenis-Jenis Rumah Adat Betawi
Jika Anda dihadapkan pada pertanyaan seperti “rumah adat Betawi terdiri atas tiga jenis rumah adat kecuali”, maka Anda pun perlu mengetahui jenis-jenis yang ada terlebih dahulu. Ya, rumah adat suku Betawi ini memag bukan sekedar rumah Kebaya saja. Lantas, ada apa saja rumah adat suku Betawi ini?
Rumah Gudang
Pertama adalah rumah Gudang yang berbentuk segi empat dan memanjang dari depan ke belakang. Bagian atap dari rumah ini pada umumnya berbentuk pelana, meskipun ada pula rumah Gudang yang menerapkan bentuk perisai untuk atapnya. Walau begitu, kedua pilihan bentuk atap sama-sama tersusun atas rangka kuda-kuda ditambah sebuah elemen atap (Jure atau Jurai).
Struktur kuda-kuda yang digunakan pada rumah ini sendiri juga terbilang kompleks dengan 2 batang tekan miring yang kemudian saling beradu di sebuah batang tarik tegak (Ander). Perlu diketahui bahwa, sistem kuda-kuda semacam ini tidak ditemui pada rumah-rumah tradisional lain yang ada di Indonesia. Besar kemungkinan hal ini dipengaruhi oleh keberadaan Belanda di tanah Jakarta.
Pada bagian depan dari rumah Gudang ini, terdapat atap miring untuk menghalangi silau dari cahaya matahari atau tempias air hujan. Atap miring ini ering disebut sebagai topi, dak ataupun markis. Rumah Gudang menggunakan layout antara lain ruang depan (serambi), ruang tengah (ruang inti) dan ruang belakang. Pada masanya, rumah Gudang dapat dengan mudah ditemukan di daerah pedalaman yang kemudian menjaganya dari pengaruh budaya luar.
Rumah Joglo
Jangan salah, nama rumah adat Betawi ini memang benar rumah Joglo dengan arsitektur bangunan yang juga sedikit banyak dipengaruhi oleh budaya Jawa. Bedanya, rumah Joglo Betawi menerapkan kuda-kuda, sementara Joglo Jawa menerapkan struktur temu gelang atau payung. Sistem kuda-kuda yang digunakan pun bukan warisan Belanda, melainkan dari pengaruh budaya Timur. Hal ini pula yang membedakan rumah ini dari rumah Gudang.
Joglo Betawi memiliki bentuk yang juga khas, yaitu tidak menggunakan pintu belakang maupun kamar-kamar. Pintu masuk rumah Joglo ini berada di samping rumah. Bagian-bagian dari rumah Joglo ini disebut mewakili fungsi-fungsi tersendiri. Misalnya saja pada serambi depan yang hanya digunakan untuk menerima tamu laki-laki, sementara serambi belakang untuk menerima tamu perempuan. Ruang depan dan ruang utama memiliki atap Joglo yang berbentuk bujur sangkar.
Rumah Kebaya atau Rumah Bapang
Berikutnya, nama rumah adat suku Betawi yang mungkin bisa dikatakan sebagai yang paling populer adalah rumah Kebaya atau rumah Bapang. Ciri khas dari rumah ini adalah atap yang memiliki bentuk menyerupai pelana yang dilipat. Bentuk atap dari rumah ini juga tetap terlihat berbeda jika dibandingkan dengan atap rumah Gudang. Kedua sisi luar rumah Bapang dibuat dari terusan atap pelana di tengah (Sorondoy). Struktur kuda-kuda di atap pelana ini pun berada di tengah.
Apa yang membuat rumah ini juga disebut sebagai rumah Kebaya adalah bentuk atap yang jika dilihat dari sisi samping, akan terlihat menyerupai lipatan kebaya. Selebihnya, bentuk rumah ini tetaplah minimalis dengan kotak sebagai bentuk dasarnya. Layout dalamnya pun juga tak jauh berbeda dari rumah pada umumnya yang terdiri atas ruang tamu, ruang keluarga, ruang tidur, kamar mandi, dapur dan teras. Dinding rumah juga banyak dibuat dari panel geser.
Rumah Kebaya ini juga memiliki ciri khas pada luas terasnya yang cukup untuk mengakomodir berbagai kebutuhan, seperti menjamu tamu hingga ruang bersantai keluarga. Teras rumah kebaya juga dibuat semi terbuka dengan pagar pendek yang mengelilinginya. Lantai teras ini juga hanya dibuat sedikit lebih tinggi dari permukaan tanah. Tak jarang pula rumah ini menggunakan 3 anak tangga.
Rumah Panggung
Salah satu nama rumah adat Betawi yaitu rumah Panggung yang jelas terlihat memiliki kolong yang cukup tinggi. Dibuat untuk beradaptasi dengan lingkungan pesisir yang berpotensi tergenang, rumah Panggung Betawi ini pun memiliki ketinggian yang bervariasi. Ketinggian tiang penyangga tentunya disesuaikan dengan potensi genangan yang bisa saja terjadi pada saat air laut pasang ataupun ketinggian air di rawa-rawa meningkat.
Selalu memiliki tiang penyangga, nyatanya bagian atap dari rrumah ini bisa cukup beragam, mulai dari yang berbentuk Bapang, Joglo dan lain sebagainya. Ciri khas lain dari rumah Panggung betawi yaitu adanya Balaksuji, atau tangga yang ada di depan rumah. Tangga ini menjadi lokasi penyucian diri sebelum masuk rumah sekaligus dipercaya dapat menolak musibah (bala).
Rumah Panggung Betawi ini biasanya dibuat menggunakan bahan-bahan yang bisa didapat di sekitar lokasi rumah. Tak heran jika kebanyakan rumah ini dibuat dari bahan kayu sawo, kayu nangka, bambu, kayu kecapi, kayu cempaka, ijuk bahkan rumbia. Sementara untuk bagian krusial seperti tiang, maka kayu yang juga sering digunakan adalah kayu jati.
Akhir Kata
Demikianlah sekilas penjelasan tentang seluk-beluk rumah Betawi lengkap dengan nilai filosofi, karakteristik hingga macamnya saat ini. Meskipun Jakarta sudah berubah menjadi ibukota dan kota metropolitan, sudah seharusnya kekayaan budaya yang menjadi jati diri masyarakat tetap dipelihara.
Selain itu Rumah Adat Betawi ini menjadi salah satu budaya Indonesia yang harus dilestarikan seperti halnya Rumah adat Sulawesi yang sudah kami bahas beberapa waktu yang lalu.